Nggak Virgin Nggak Ok! (bagi yang terlanjur nggak virgin masih tetap belum terlambat untuk bertaubat)
Aku nulis masalah virginitas. Sekali lagi harap dipersori ya. Soalnya ente kan juga puasa. Khawatir kalo bahas ginian jadi langsung ngerumpi deh ama temen-temen ente ngomongin soal ini, ujung-ujungnya bukan buka bersama tapi batal puasa bersama. Padahal kan kalo puasa kata temen ane nih, kudu ngomongin atau bahas seputar puasa dong. Tapi ane sih berpikirnya sederhana aja. Nggak ada larangan kok kalo kita bahas tema selain puasa meski lagi bulan Ramadhan. Iya nggak sih? Sebab, yang penting isinya ngajak kepada kebaikan, ada pesan takwanya, ada pesan sponsor dari Islam sebagai ideologi kita. Ok? Sip deh.
Tulisan di buletin gaulislam edisi ini sengaja ane pilih dengan tema
virginitas. Sebabnya, sekarang banyak remaja putri yang lemah iman dan
pergaulannya naudzubillah udah menganggap bahwa virginitas bukanlah hal
penting. Ada sayup-sayup terdengar sampai ke meja redaksi nih, bahwa
banyak remaja putri (di Bandung khususnya) yang berprinsip: “Virgin
nggak ok!” Waduh, berarti itu artinya ngeledekin yang masih virgin dong
ya. Makin bermasalah karena yang ngomongin adalah remaja putri yang
masih duduk di bangku SMA. Naudzubillah banget deh. Wajar kalo sekarang
angka aborsi meningkat, karena pergaulan bebasnya juga makin marak.
Nggak heran kalo kehamilan tak diinginkan kian sering terdengar
beritanya, karena banyak remaja putri yang gampangan diajak berzina.
Jangan kaget kalo “keong racun’ berkeliaran karena “tokek racun”-nya
juga gampang dicari. Hehehe.. sori bukan ane latah ikutan trennya si
Jojo ama Sinta, tapi nih fakta emang bikin miris, Bro en Sis. Ente semua
pada paham deh kayaknya.
Sobat muda muslim, mengapa banyak remaja yang tak lagi menghargai dan
merasa harus peduli dengan kehormatannya? Hmm.. susah juga ane menjawab
nih. Tetapi sejauh yang ane terawang, nih masalahnya ada pada banyak
faktor, baik faktor internal anaknya itu sendiri, juga faktor eksternal
dari keluarga, lingkungan dan pergaulannya secara umum. Problem besar
dan berat, Bro. Tak semudah menggulingkan traktor.
Jaman ane sekolah dulu (duluuuu banget), sebelum internet marak dan
stasiun televisi jumlahnya bejibun seperti saat ini, fakta bahwa ada
pergaulan bebas sampe seks bebas sudah ada lho. Meski tak semarak
sekarang. Jujur aja ane kaget baru-baru ini saat ngisi ekskul
[menuliskreatif] di sebuah sekolah dasar, peserta ekskul yang
cowok—tentu masih bau kencur alias belum baligh—malah lancar nyeritain
kasus video mesum bin porno selebritis (nih anak sering nonton
infotainment kali ye?). Seorang siswa lainnya malah dengan sangat
atraktif menceritakan praktik pacaran—konon dia menceritakan itu kisah
teman-temannya . Hmm.. masih SD gitu, lho. Astaghifrullah aladhim.
Bro en Sis, kasus anak SD yang nyerocos soal berita video porno dan
soal pacaran itu ketika mereka ane minta menceritakan kisah apa saja
yang pernah dialami atau yang berkesan dimana nantinya kisah-kisah itu
bisa dijadikan sebagai bahan tulisan. Di luar dugaan mereka ternyata
melahap juga informasi yang berkaitan dengan info-info yang betebaran di
media massa. Waduh, berarti tugas orang tua makin berat aja nih,
terutama untuk melindungi anak-anaknya agar tidak terkontaminasi dari
virus liberalisme saat ini. Khususnya dari informasi yang tak layak
dikonsumsinya. Sebab, gimanapun juga, hal itu akan mempengaruhi
kepribadian mereka.
Internet ‘memicu’ maraknya gaul bebas
Teknologi informasi sebenarnya nggak salah-salah amat. Sebab, yang
salah adalah yang menggunakannya untuk penyimpangan. Adanya internet
memang bagai pisau bermata dua: untuk menunjang kebaikan, juga bisa
sekaligus menjadi jalan keburukan. Bahkan sangat boleh jadi efeknya
lebih dahsyat.
Teknologi internet ini juga bukan berarti steril dari informasi
asusila. Apalagi kebebasan berinternet di banyak negara memang nggak
dibatasi. Itu sebabnya, informasi macam pornografi juga hadir di
internet. Bahkan pornografi di internet lebih parah lagi. Karena bebas
diakses dan privasinya lumayan terjaga. Bisa diam di kamar, nyalakan
komputer langsung konek ke internet. Bisa juga pergi ke warnet. Bisa
dikunjungi kapan saja. Tentu selama servernya nggak ngadat. Meski
jaraknya jauh sekalipun. Itu sebabnya, internet ini ibarat kampung
besar. Situsnya ada di Amerika, tapi bisa diakses dari Bogor. Mudah,
cepat, murah pula. Gambarnya bisa di-download, isi ceritanya bisa di-save. Nah lho.
Sori ye, ini bukan ngajarin atau ngasih tahu supaya melakukan
kunjungan ke situs “begituan”. Sekadar ngasih info bahwa kalo berburu
informasi yang bermanfaat sama cara kerjanya dengan berburu informasi
sampah. Cara kerja sama, isinya yang beda. Pilihan tentu ada di
tanganmu. Lengkap dengan konsekuensinya dong, Iya nggak? Cuma
masalahnya, apa pantas kita sebagai Muslim jadi pelanggan tetap situs
porno?
Maraknya situs porno, tentu menjadi tambang uang bagi pengusaha yang
menginvestasikan duitnya di bisnis situs porno itu. Untuk pengelola
situs porno yang serius, mereka memang jual-beli. Entah gambar atau
video porno dari internet. Pengguna internet tentu kudu bayar.
Yup, kini teknologi itu dalam genggaman. Ponsel kini bukan sekadar
untuk SMS-an dan nelepon doang, tapi sudah bisa untuk internetan. Bisa
nyari teman di dunia maya melalui situs jejaring sosial, misalnya. Tentu
hal ini berpeluang memberikan efek samping yang negatif.
Kalo dulu orang harus susah payah ngintip dengan mata langsung ke
kamar mandi untuk melihat orang yang sedang mandi demi memuaskan nafsu
seksnya, kini kamera pengintai bisa mempermudah. Bahkan saking
canggihnya ponsel berkamera dan mampu merekam, kita malah bereksperimen
dengan benda itu untuk membuat klip video. Termasuk video porno sekali
pun. Celaka lagi jika kemudian ditransfer ke komputer via bluetooth
atau kabel USB, dan selanjutnya klip porno itu, atau foto pose syuur
itu, akan berseliweran di dunia maya dan bisa diakses oleh banyak orang.
Oke, nafsu mesum memang nggak berubah. Sejak dulu udah ada. Tapi kini
sarana untuk mengekspresikannya udah sedemikian canggih, sehingga
sangat membahayakan. Jelas, ini udah mengubah gaya hidup kita.
Sobat, tentu saja nggak semua hasil perkembangan teknologi ini buruk.
Banyak juga beragam kebaikan yang bisa dicapai dan diraih berkat
teknologi informasi lengkap dengan perubahan gaya hidupnya. Seperti
misalnya memanfaatkan teknologi ponsel dan internet untuk berdakwah.
Jelas hal itu udah mampu merevolusi cara kita berkomunikasi dalam
meyampaikan dakwah dan mengubah gaya hidup kita dalam menikmati
teknologi komunikasi tersebut untuk kebaikan. Tapi anehnya, mengapa
lebih banyak orang bereksperimen menggunakan teknologi ini untuk hal
yang buruk dan maksiat? Ah, di sinilah perlunya faktor keimanan dan
akidah Islam yang kuat. Iya nggak, Bro? Yup, emang kudu kuat menahan
godaan yang nyaris setiap hari kita dapatkan.
Jangan dekati zina
Allah Swt. menegaskan pengharamannya dalam firmanNya (yang artinya): “Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan
dilipat gandakan adzab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal
dalam adzab itu, dalam keadaan terhina kecuali orang-orang yang
bertaubat …” (QS al-Furqan [25]: 68-70)
Sobat, dalam kamus virgin itu bermakna keperawanan. Artinya, tak pernah melakukan seks. Dalam Encarta Dictionary Tools misalnya, virgin diartikan sebagai: somebody, especially a woman, who has never had sexual intercourse.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perawan adalah: belum pernah bersetubuh dengan laki-laki; masih murni (tt anak perempuan). (KBBI, 2003, hlm. 855)
Boys and gals, dari pengertian menurut kamus tersebut,
tentunya kita harus berhati-hati dengan kelamin kita. Nggak boleh
diobral dan dijajal or diujicoba sebelum waktunya, yakni sebelum
menikah. Pemuasan hawa nafsu melalui kelamin masing-masing hanya halal
setelah adanya pernikahan di antara kalian. Kalo belum terikat
pernikahan? Itu namanya perzinaan. Dosa besar. lho.
Dalam sebagian jalan (riwayat) hadits Samurah bin Jundab yang disebutkan di dalam Shahih Bukhari, bahwa Nabi saw. bersabda: “Semalam
aku bermimpi didatangi dua orang. Lalu keduanya membawaku keluar, maka
aku pun pergi bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang
menyerupai tungku api, bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di
bawahnya dinyalakan api. Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang
terdiri dari) laki-laki dan wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan,
maka mereka naik ke atas hingga hampir mereka keluar. Jika api
dipadamkan, mereka kembali masuk ke dalam tungku. Aku bertanya:
‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang
yang berzina.” Ih, naudzubillahi min dzalik.
So, sebenarnya yang nggak ok tuh yang nggak virgin. Islam
sangat menghargai kehidupan manusia. Maka, dalam kehidupan cowok-cewek
ada aturannya yang jelas dan ketat. Kalo sekarang ada sebagian remaja
putri yang terjun bebas mengobral keperawanannya (dan tentu saja dalam
waktu yang bersamaan anak cowok udah ngobral keperjakaannya), ini udah
musibah besar, Bro. Jangan sampe terjadi lebih banyak lagi yang seperti
itu. Jangan punya prinsip kepalang basah sehinga teriak: “virgin nggak
ok!”. Tapi sebaliknya hrus berani bilang: “nggak virgin nggak ok!” Sip
deh! [solihin: osolihin@gaulislam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar